Heboh Santri yang Meninggal di Pesantren Bukti Tingkat Bullying di Indonesia Masih Tinggi!

Baru-baru ini jagat media sosial dihebohkan dengan kabar santri yang meninggal di pesantren.

Video chat santri yang meminta ibunya untuk dijemput karena ketakutan pun beredar.

Santri bernama Bintang Balqis yang meninggal dunia tengah menuntut ilmu di Ponpes PPTQ Al Hanifiyyah Mojo, Kediri, Jawa Timur.

Jenazah Bintang kembali ke rumah orang tuanya di Desa Kendung Lembu, Karangharjo Banyuwangi pada 24 Februari diantar oleh lima orang dari ponpes dan salah satunya adalah sepupu korban.

Kecurigaan dirasakan oleh kakak kandung Bintang, Mia Nur Khasanah (22) karena muncul darah yang menembus kain kafan.

Meskipun sempat tidak diperbolehkan untuk membuka kain kafan karena dianggap telah suci, tetapi keluarga korban tetap memaksa.

Barulah terlihat bahwa ada sejumlah luka lebam, luka jeratan di bagian leher, luka bekas sundutan rokok, dan hidung yang patah.

Pihak pengasuh ponpes, Gus Fatih mengaku tidak tahu mengenai adanya dugaan penganiayaan sehingga menimbulkan tewasnya korban.

Menurut Gus Fatih, ia hanya mendapat laporan bahwa Bintang meninggal dunia di rumah sakit karena terpeleset di kamar mandi pada hari Jumat (23/2).

Kasus kematian Bintang kini ditangani oleh Polsek Glenmore dan penyebabnya hingga saat ini diduga karena bullying yang dilakukan seniornya.

Ada empat tersangka yang telah ditetapkan dan semuanya merupakan senior korban di ponpes.

Kasus Bullying di Indonesia Ternyata Masih Tinggi

Bukan kali ini saja kasus bullying yang menimbulkan korban hingga meninggal dunia di Indonesia.

Menurut data Komisi Perlindungan Anak (KPAI) di sepanjang Januari hingga Agustus 2023, terdapat kasus pelanggaran perlindungan anak hingga 2.335 kasus.

861 kasus tersebut terjadi di lingkungan pendidikan seperti sekolah. Itu artinya terdapat bullying di lingkungan sekolah dan hal ini menjadi status darurat.

Cukup banyak alasan yang disampaikan KPAI terkait perundungan di sekolah seperti pengaruh dari game online dan media sosial yang menyajikan konten kekerasan.

Tayangan sejenis inilah yang menciptakan lemahnya karakter anak, budi pekerti dan juga akhlak. Belum lagi relasi kuasa pendidik dengan peserta didik, kebijakan dan hukuman yang menimbulkan kekerasan.

Belum lama ini pula kasus perundungan sempat terjadi juga di SMA Binus Serpong, Tangerang, Banten.

Kasus yang cukup menggemparkan karena dilakukan oleh belasan senior sampai masuk ke rumah sakit.

Para pelakunya memukul korban dengan korek api, menyudut dengan rokok hingga membakar tangan korban.

Pelakunya sampai saat ini masih disidik oleh tim kepolisian dan ternyata merupakan anggota geng yang telah beroperasi selama 9 generasi. Salah satunya adalah anak sulung artis berinisial VR.

Berkaca pada kasus santri yang meninggal di pesantren dan kasus di Binus, bullying di Indonesia masih merajalela dan harus segera diberantas agar tidak memakan korban lagi.

Content Writer at Maen Media | + posts
Editor at Maen Media | + posts

Hiari merupakan seorang content editor di InboundID dalam hampir dua tahun terakhir.

Di luar itu, ia juga berpengalaman sebagai penulis lepas. Ia telah mengulas ratusan artikel untuk berbagai merek ternama dalam berbagai topik, seperti olahraga, kesehatan, properti, elektronik, gaya hidup, dan lainnya.

Ia memiliki ketertarikan terhadap pop culture dan punya hobi bermain mid-end game.

You may also like

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in Unik