Kaum milenial dan generasi gen Z lebih memilih untuk menjadi pengangguran dibanding tidak bahagia di tempat kerjanya, kok bisa ya?
Hal ini disebabkan karena kaum milenial dan Gen Z cenderung memiliki perilaku berbeda dibanding generasi sebelumnya.
Mereka memiliki preferensi yang cukup kuat khususnya dalam hal pekerjaan.
Kedua generasi ini juga lebih memilih untuk menjadi pengangguran dibanding memiliki beban kerja berlebihan yang berisiko mempengaruhi pola kehidupan dan kebahagiaannya sebagai pekerja.
Generasi milenial lahir pada periode 1981 hingga 1996 yang memiliki sifat ambisius tinggi dan ingin lebih dibanding orang lain.
Sedangkan Gen Z lahir pada periode 1997 hingga 2012 yang memiliki karakteristik utama keakraban dengan teknologi.
Generasi ini juga memiliki sifat individualistis dan egosentris tinggi sehingga mereka cenderung bersifat egois dan terlihat menonjol dalam pekerjaan.
Alasan Millennial dan Gen Z Lebih Pilih Nganggur Daripada Nggak Betah di Tempat Kerja
Pada dasarnya, setiap orang tentu menjadikan pekerjaan sebagai salah satu penopang kehidupan dan sumber penghasilan bagi mereka.
Namun ternyata hal tersebut tidak selamanya benar bagi kaum milenial dan Gen Z. Nah ini dia beberapa alasannya.
1. Lebih Pilih Nganggur Dibanding Kerja Tapi Tak Bahagia
Menurut hasil survei yang dilakukan The Randstad, agen tenaga kerja Amerika Serikat terhadap 35 ribu orang kaum milenial dan Gen Z.
Hasilnya menunjukkan jika pandangan mereka terhadap pekerjaan memiliki perubahan yang cukup signifikan.
Dulu pekerjaan adalah segalanya, namun kini kesehatan mental yang paling utama.
Hasil penelitian tersebut juga terbilang cukup mengejutkan.
Sebab sebanyak 41% dari generasi Gen Z lebih memilih untuk menganggur dibanding tidak bahagia di tempat kerjanya.
Pandangan ini tentu cukup berbeda dengan generasi sebelumnya yang jauh memprioritaskan pekerjaan.
Para Gen Z justru beranggapan jika pekerjaan bagi mereka tidak terlalu penting.
Pasalnya kesehatan mental ketika bekerja merupakan salah satu aspek terpenting yang wajib diprioritaskan.
2. Kerja Untuk Hidup, Bukan Hidup Untuk Kerja
Kerja untuk hidup, bukan hidup untuk kerja, kira-kira begitulah tagline yang tepat bagi para kaum millenial dan Gen Z dalam hal pekerjaan.
Bagi kedua kelompok tersebut bekerja memang penting.
Namun apabila pekerjaan yang dijalani sudah menyiksa kesehatan mental maka mereka tidak segan lebih memilih untuk resign dari perusahaan tempatnya bekerja.
Hal ini juga diperkuat dengan hasil penelitian yang menunjukkan sebanyak 56% karyawan pada rentan usia 18-24 tahun lebih memilih untuk berhenti dari pekerjaannya dibanding harus bekerja pada perusahaan yang menghambat mereka untuk bisa menikmati hidup.
Kedua kelompok tersebut menilai jika kebahagiaan dan gaya hidup merupakan prioritas utama sedangkan pekerjaan dan nilai-nilai perusahaan berada pada urutan kedua.
3. Kesehatan Mental Menjadi Nomor 1
Bagi para generasi millenial dan Gen Z, kesehatan mental merupakan prioritas utama.
Menurut mereka ada banyak sekali faktor yang mempengaruhi terganggunya kesehatan psikologis pekerjaan.
Mulai dari rekan kerja toxic, pressure dari atasan, lingkungan kerja, masalah gaji hingga beban kerja.
Beberapa faktor tersebut dapat berimbas pada emosional dan psikologis pekerjaan.
Bahkan beberapa diantaranya juga mengalami gejala psikosomatik yang mampu mempengaruhi kesehatan fisik.
Sudah bukan menjadi rahasia lagi bahwa isu mental health atau kesehatan mental seringkali diperbincangkan oleh banyak kalangan dalam dunia kerja.
Kaum millenial dan Gen Z sangat menyadari tentang pentingnya kesehatan mental dalam dunia pekerjaan.
Pemahaman semacam ini juga mampu membantu mereka untuk bisa menemukan sebuah penyelesaian terhadap isu dalam dunia kerja.
Work life balance juga sering kali menjadi solusi yang umumnya dilakukan untuk membantu menjaga kesehatan mental.
Nah itu dia alasan Gen Z lebih pilih nganggur daripada gak betah di tempat kerjanya.
Berdasarkan faktor tersebut sudah sepatutnya perusahaan swasta maupun negeri sadar akan kebutuhan dukungan mental bagi para pekerja.
Salah satunya adalah bimbingan psikologis secara gratis yang mampu mengurangi tingkat stres di tempat kerja.