Gunung Marapi merupakan salah satu gunung berapi aktif di Indonesia, menarik perhatian publik akibat erupsi yang terjadi pada 3 Desember 2023 lalu.
Misi evakuasi darurat segera dilakukan untuk menyelamatkan pendaki yang terjebak di kawasan Gunung Marapi. Pada Rabu tanggal 6 Desember 2023, proses pencarian dan evakuasi pendaki Gunung Merapi dihentikan.
Wakapolda Sumatera Barat, Brigjen. Pol. Edi Mardiyanto, menyatakan seluruh korban telah ditemukan dan telah berhasil dievakuasi.
Dengan begitu, seluruh instansi yang terlibat akan kembali ke satuan masing-masing. Jalur pendakian Gunung Marapi kini juga telah ditutup untuk jangka waktu yang belum dapat ditentukan.
Fakta Erupsi Gunung Marapi
Gunung Marapi yang baru saja mengalami erupsi, secara administratif terletak di wilayah Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat.
Gunung Marapi berada dalam pantauan visual dan instrumental dari Pos Pengamatan Gunungapi (PGA) Bukittinggi, Provinsi Sumatera Barat.
Pasalnya, aktivitas vulkanik Gunung Merapi terus meningkat sejak awal 2023. Bahkan sempat terjadi erupsi eksplosif pada 7 Januari 2023 sampai 20 Februari 2023 dengan tinggi kolam erupsi berkisar 75 hingga 1000 meter dari puncak.
Setelahnya, erupsi berhenti, namun terjadi aktivitas kegempaan yang didominasi oleh Gempa Tektonik Lokal dan Gempa Tektonik Jauh dengan tingkat aktivitas berada di Level II (WASPADA) sejak 3 Agustus 2011.
Berikut ini beberapa fakta hasil pengamatan dan analisis, berdasarkan data visual dan instrumental, terkait erupsi Gunung Marapi.
1. Berstatus WASPADA Sejak Tahun 2011
Gunung Marapi Sumatera Barat telah berstatus WASPADA (Level II) sejak tahun 2011 berdasarkan data dan analisis yang dilakukan Itu berarti, baik warga atau pendaki, dilarang mendekat dalam radius 3 km dari puncak gunung.
Jarak tersebut dianggap sebagai jarak aman bagi warga dan pendaki jika terjadi erupsi yang bersifat mendadak.
2. Erupsi Eksplosif
Erupsi eksplosif Gunung Marapi terjadi pada tanggal 3 Desember 2023 pukul 14.54 WIB dengan tinggi kolom abu kurang lebih 3000 meter di atas 5891 mdpl.
Kolom abu teramati dengan intensitas tebal yang condong ke arah timur. Melalui Seismograf diketahui erupsi memiliki amplitudo maksimum 30 mm dan berdurasi 4 menit 41 detik.
3. Terjadi Aliran Piroklastik
Erupsi eksplosif disertai dengan adanya aliran piroklastik ke arah utara dengan jarak 3 km.
Piroklastik merupakan material vulkanik yang membentuk bebatuan klastik. Erupsi susulan yang masih berlangsung hingga beberapa hari ke depan berada dalam pengamatan instrumental PVMBG.
4. Erupsi Tidak Didahului Peningkatan Gempa Vulkanik
Kejadian erupsi eksplosif tersebut tidak didahului oleh peningkatan Gempa Vulkanik yang signifikan.
Melalui pemantauan visual dan instrumental, tercatat Gempa Vulkanik Dalam (VA) hanya terjadi 3 kali antara tanggal 16 November 2023 hingga 2 Desember 2023.
Tiltmeter–peralatan deformasi yang berada di stasiun puncak menunjukkan pola mendatar pada sumbu radikal dan hanya terjadi sedikit inflasi pada sumbu tangensial.
Hal tersebut berarti proses erupsi berlangsung cepat dengan pusat tekanan berada pada kedalaman yang dangkal di sekitar puncak Gunung Marapi.
5. Tingkat Bahaya
Erupsi Gunung Marapi terjadi dalam jarak 3 km memberi paparan awan panas, aliran lava, gas beracun, dan guguran batu pijar.
Pada radius 5 km, terjadi paparan awan panas, aliran lava, guguran batu pijar, dan hujan abu. Pada radius 7 km, terjadi paparan aliran lava dan hujan abu.
6. Tantangan yang Dihadapi Tim Evakuasi
Selama proses pencarian dan evakuasi pendaki Gunung Marapi, tim evakuasi menghadapi berbagai tantangan, terutama erupsi susulan yang terjadi berulang kali.
Pada 5 Desember 2023, abu vulkanik turun hingga kaki bukit dan membuat jarak pandang terganggu.
Selain itu, karena erupsi susulan masih terus berlangsung, jalur evakuasi jadi lebih licin dan menyulitkan. Tim SAR gabungan melibatkan 200 anggota untuk menyisir area pencarian seluas lebih dari 5 km2.
7. Data Korban
Korban terdampak erupsi Gunung Marapi sebanyak 75 orang pendaki sesuai data dari BKSDA Sumatera Barat.
Sebanyak 40 orang ditemukan dalam keadaan selamat dan mengalami luka sedang, telah berhasil dievakuasi dan telah kembali ke rumah masing-masing.
12 orang pendaki ditemukan dalam keadaan luka yang cukup parah sehingga harus menjalani perawatan di rumah sakit. Sedangkan 23 orang lainnya, termasuk korban terakhir, ditemukan dalam keadaan meninggal dunia.
Kondisi Lapangan Saat Evakuasi Pendaki Gunung Marapi
Tim SAR yang melakukan evakuasi pendaki Gunung Marapi menemukan korban dengan lokasi yang terpisah-pisah.
Beberapa ditemukan di pinggir jurang, ada juga yang ditemukan di jalur pendakian, dan di lapangan puncak atau dikenal dengan istilah lapangan bola.
Korban meninggal ditemukan pada lokasi di ketinggian 2000-an meter. Tim SAR mengutamakan melakukan evakuasi korban meninggal dan menunggu kondisi gunung lebih tenang, sebelum kembali menyisir area pencarian secara bergiliran selama 1×24 jam.
Alasan BKSDA Memberi Izin Pendakian Gunung Marapi
Seluruh korban erupsi eksplosif Gunung Marapi adalah para pendaki gunung.
Pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat mencatat 75 orang pendaki melakukan pendaftaran izin mendaki secara online.
Izin pendakian Gunung Marapi diberikan dengan kesepakatan semua pihak terkait, termasuk Pemda setempat dan Basarnas.
Sosialisasi aturan pendakian telah diterapkan oleh BKSDA, di antaranya dilarang mendekati kawah dan minimal dalam satu kelompok pendaki berjumlah 3 orang.
Selain itu, tersedia Posko Siaga Nagari dan rambu-rambu di setiap jalur pendakian untuk tanggap darurat pendakian.
Para pendaki yang mendapat izin hanya yang memiliki mitigasi dan adaptasi bencana.
Rekomendasi Terhadap Warga Lokal dan Wisatawan
Dari hasil analisis data erupsi eksplosif dan pencarian serta evakuasi pendaki Gunung Marapi yang dilakukan Tim SAR gabungan, maka diberikan beberapa rekomendasi berikut ini.
1. Dilarang Berkegiatan dalam Radius 3 KM
Masyarakat lokal yang tinggal di sekitar Gunung Marapi dan wisatawan dilarang melakukan melakukan kegiatan dalam radius 3 km dari puncak atau kawah. Larangan tersebut juga ditujukan untuk para pendaki Gunung Marapi.
2. Masyarakat Diminta Tetap Tenang
Pemerintah Daerah Sumatera Barat bekerja keras dalam melakukan pencarian dan evakuasi pendaki Gunung Marapi.
Selanjutnya, masyarakat diminta tetap tenang dan tidak terpancing isu-isu terkait erupsi susulan yang masih terjadi. Masyarakat diharapkan selalu waspada dan mengikuti arahan pemerintah daerah.
3. Menggunakan Masker
Erupsi yang terjadi disertai dengan hujan abu dan awan panas. Untuk itu, masyarakat setempat dihimbau memakai masker untuk mengurangi paparan abu vulkanik yang berbahaya bagi kesehatan.
Masyarakat juga dihimbau untuk melakukan tindak pengamanan terhadap sarana air bersih untuk dikonsumsi, selain itu, melakukan pembersihan atap rumah akibat lapisan abu vulkanik yang tebal dan dapat merobohkan atap rumah.
Pencarian korban dan evakuasi pendaki Gunung Marapi telah berhasil dilakukan dalam waktu cepat, namun gunung api tersebut masih terus aktif.
Oleh sebab itu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi-Badan geologi selalu berkoordinasi dengan instansi terkait lainnya seperti BPBD Provinsi Sumatera Barat, BPBD Kabupaten Agam, BPBD Kabupaten Tanah Datar, dan BNPB untuk terus memberikan informasi terkini terkait aktivitas Gunung Marapi.
Masyarakat juga dapat memantau perkembangan dan aktivitas Gunung Marapi melalui aplikasi atau website Magma Indonesia, serta terus melakukan rekomendasi yang diberikan pemerintah setempat.