Kapal pembawa pengungsi Rohingnya pertama kali terlihat bersandar di Aceh pada 11 Desember 2023, hal ini juga sebagaimana yang disampaikan oleh warga sekitar, termasuk kepala nelayan.
Kepala nelayan menceritakan, bahwa mulanya yang datang adalah dua kapal yang mengangkut pengungsi Rohingnya.
Dua kapal tersebut bersandar di tempat berbeda, yakni di Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Pidie.
Miftah Cut Ade menambahkan, bahwa masing-masing kapal mengangkut sekitar 200 orang.
Pejabat Militer di Kabupaten Pidie, Andi Susanto, mengatakan bahwa ada sekitar 180 orang pengungsi Rohingnya yang tiba di sana sekitar jam 4 pagi dan kemudian petugas di lapangan segera berkoordinasi untuk mengumpulkan berbagai data yang dibutuhkan.
Sedangkan untuk kapal kedua, Andi Susanto mengaku tidak terlalu mengetahui berapa pasti jumlah penumpangnya dan di mana akan berlabuh.
Fakta menarik tentang kedatangan pengungsi Rohingnya ini adalah bahwa pada bulan November lalu, ternyata sudah datang sekitar 1.200 warga Rohingnya yang tiba di Indonesia, sebagaimana yang dikatakan oleh pihak PBB khususnya UNHCR.
Bertambahnya pengungsi Rohingnya ini tentu saja menarik perhatian pemerintah.
Presiden Joko Widodo pada sebuah kesempatan mengatakan bahwa kedatangan kapal-kapal pengungsi yang baru ini, diduga dilatarbelakangi oleh kejahatan perdagangan orang.
Oleh karena itu, pihak Indonesia akan bekerjasama dengan organisasi-organisasi internasional terkait untuk mengungkapnya.
Karena diduga, Indonesia dijadikan sebagai negara transit mereka.
Hal yang juga perlu diapresiasi adalah, jika pemerintah Indonesia berhasil menangkap mafia TPPO (Tindak Pidana Perdagangan Orang) yang bersembunyi di balik kedatangan para pengungsi Rohingnya.
Hal ini juga disampaikan oleh Menko Polhukam, Mahfud MD sendiri pada sebuah wawancara.
Dari mafia yang tertangkap, juga terungkap jika para pengungsi ini nantinya akan dijual untuk dipekerjakan di berbagai negara sebagai pekerja ilegal.
Selain itu, bertambahnya pengungsi Rohingnya di Indonesia dalam jumlah yang cukup besar, akhirnya menimbulkan penolakan dari warga Aceh sendiri dan memancing berbagai argumen negatif di media sosial.
Menanggapi hal ini, Mahfud MD juga mengatakan jika nanti akan tetap dibantu karena alasan kemanusiaan, meskipun sudah ada penolakan dari warga lokal karena tempat pengungsian yang disediakan sudah terlalu penuh.
Fakta menarik lainnya adalah, bahwa telah bertahun-tahun lamanya warga Rohingnya secara bertahap terus meninggalkan Myanmar ke negara-negara tetangga.
Para pengungsi Rohingnya ini kemudian dianggap sebagai penyelundup asing dari kawasan Asia Selatan dan ditolak juga kewarganegaraannya.
Warga Rohingnya sendiri sebenarnya adalah keturunan Arab Turki, Afghanistan, Dutch hingga Indo Mongoloid.
Itulah kenapa, jika dilihat secara fisik, wajah hingga tubuhnya cukup beragam dan mewakili berbagai etnis.
Karena memang nenek moyang mereka juga berasal dari etnis yang sangat beragam.
Menggunakan kapal kayu dan didukung oleh kondisi perairan yang lebih tenang, pada bulan November hingga April, hal ini dimanfaatkan oleh pengungsi Rohingnya untuk berdatangan ke negara tetangga Myanmar, seperti Bangladesh, Malaysia, Thailand dan tentu saja Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
Bertambahnya pengungsi Rohingnya di Indonesia, kini menimbulkan polemik baru, tetapi pemerintah tetap mengusahakan untuk memberikan bantuan terbaik pada seluruh pengungsi Rohingnya, baik berupa makanan maupun tempat tinggal sementara.